Jumat, 18 September 2015

Stakeholder Meeting Destination Management Organization





Bagaimana membangun kerja sama lintas sektor yang efektif dalam konteks tata kelola pembangunan kewilayahan tetap menjadi salah satu sentral perhatian  dari berbagai institusi nasional dan daerah. Permasalahan klasik seperti tumpang-tindih kebijakan, disparitas-, salah sasaran pembangunan menjadi alasan kuat dari urgensi pemanfaatan pola koordinasi yang lebih inovatif dan efektif. Salah satu upaya Pusat, khususnya dibawah Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata untuk melakukan terobosan  dalam konteks tata kelola kawasan destinasi adalah melalui Program Destination Management Organization (DMO).

Saat ini Program Destination Management Organization (DMO) yang dirintis oleh Kemenpar sejak 2011 telah memiliki 25 kawasan binaan yang tersebar dari Aceh (Sabang) hingga Papua (Raja Ampat).  Dalam perjalanannya, terjadi transformasi dan peningkatan (scalling up) kelembagaan dari pemberdayaan Kelompok Kerja Lokal (KKLP) yang juga dikenal dengan Local Working Group (LWG) ke dalam bentuk Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP). Sesungguhnya keberadaan FTKP merupakan salah satu indikator penguatan kapasitas kelembagaan untuk tata kelola pariwisata yang berkelanjutan di kawasan destinasi. Oleh sebab itu, dukungan terhadap inisiasi pembentukan dan keberlanjutan FTKP perlu mendapat perhatian khusus, ungkap bapak Ing. Benjamin Abdurahman Direktur Eksekutif LEKAD.
Pendekatan DMO merupakan salah satu bentuk aplikatif dalam membangun kawasan destinasi dengan karaketristik collaborative governance. Melihat trend positive pemanfaatan pola Tata Kelola seperti pada berbagai kawasan DMO ini, maka sudah selayaknya aplikasi pola jejaring (kerjasama) lintas pelaku dan antardaerah menjadi komponen integral dari konsep tata kelola pembangunan daerah di Indonesia, ungkap Torang Nasution selaku kabid Tata Kelola Destinasi Pariwisata Prioritas yang membidangi sekretariat Program DMO.
Sebagai contoh pelayanan kepada wisatawan, bagaimana cara memberikan pelayanan terhadap tamu dari suatu hotel dapat menunjukan citra buruk terhadap wisatawan yang melancong jika tidak diberi pelayanan baik. Terlebih jika tamunya mengeluh terhadap fasilitas dan pelayanan yang diberikan. Harusnya bila perlu pihak hotel lebih perhatian dengan cara meminta GM-nya yang langsung cek kesiapan kamar. Untuk itu perlu diperhatikan dari hal yang sekecil apapun terhadap yang menyangkut pelayanan hotel terhadap tamunya, tutur Ir. Ina Herliana Koswara, M.Sc. dari Pusat Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par) sebagai narasumber kegiatan ini.
Acara ini dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Wilayah Sumatera Selatan dan panitia pelaksana dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang dengan jumlah peserta 60 orang dari berbagai unsur terkait kepariwisataan kota Palembang.  
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar